Rabu, 19 November 2008

Faktor yang Menyebabkan Telur Menjadi Pucat

Faktor yang Menyebabkan Telur Menjadi Pucat[1]
Sopyan Haris [2]

Pengantar
Pertama kali kejadian telur menjadi pucat ditemukan pada tahun 1944. Saat itu, Steggerda dan Hollander sedang membersihkan kotoran yang melekat pada telur dari ayam Rhode Island Red. Ketika dilakukan penggosokan, beberapa pigmen coklatnya juga turut tergosok, dan bila telur tersebut digosok lebih keras maka sebagian besar pigmennya juga ikut tergosok. Namun hal ini tidak terjadi pada telur yang permukaannya mengkilap.

Hal ini sudah diketahui dengan baik bahwa tidak ada factor tunggal yang menyebabkan kehilangan pigmen kerabang pada telur berkerabang coklat. Pada telur broiler breeder, pigmentasinya lebih bervariasi dibandingkan pada layer komersil. Pada flock broiler breeder sudah umum tentang adanya variasi pada pigmentasi kerabang, yang diakibatkan oleh perubahan warna dari coklat tua menjadi hampir putih. Kekontrasan warna ini terjadi karena adanya seleksi genetic dari telur coklat yang seragam dalam flock broiler breeder merupakan sedikit perbandingan yang penting terhadap ayam layer komersil.

Sebagian besar peneliti peternakan memahami bahwa hilangnya pigmen kerabang pada telur coklat bisa disebabkan oleh banyak factor. Namun demikian masih banyak individu membuat kesimpulan yang keliru dan mengatakan bahwa kasus diatas disebabkan hanya oleh satu faktor. Penyebab yang paling sering disebutkan adalah bronchitis. Pernyataan-pernyataan seperti “Saya tau ayam saya terkena bronchitis karena kerabang telurnya pucat” sering terdengar di lapangan. Pernyataan-pernyataan tersebut dibuat bahkan tanpa pengetahuan tentang titer antibody terhadap bronchitis, jadwal vaksinasi bronchitis atau pengetahuan yang mendukung nekropsi.

Lebih sering kasus hilangnya pigmen kerabang bukan karena bronchitis tetapi karena factor-faktor penyebab stress yang terjadi pada flock itu. Contohnya, ayam yang ketakutan, adalah salah satu penyebab yang umum hilangnya pigmen. Kehilangan pigment ini tidak berhenti sampai semua factor yang mempengaruhi dapat ditemukan sehingga penyebab yang pasti dapat diidentifikasi dan masalah dapat diselesaikan. Pada banyak kasus yang terjadi secara periodic, kehilangan pigmen pada flock itu tidak dapat diidentifikasi penyebabnya.

Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membicarakan tentang bermacam-macam factor yang diketahui memiliki kontribusi terhadap hilangnya pigmen kerabang. Ulasan secara umum, bagaimanapun adalah tentang pigmen tersebut dan proses-proses yang terlibat di dalam deposisi, untuk membantu kita lebih memahami permasalahan tentang pigmentasi kerabang.
Susunan Kerabang Dan Disposisi Pigmen

Ketika telur mencapai saluran reproduksi yang disebut uterus, telur berdiam di uterus selama 20 jam. Selama 20 jam tersebut kerabang telur akan terbentuk, sebagian besar terdiri atas calcium carbonate (CaCO3), masuk ke dalam membrane sel membentuk putih dan kuning telur. Begitu formasi sel tersebut berkembang pada layer komersial, sel epitel membatasi permukaan uterus untuk mensintesis dan mengakumulasi pigmen. Tiga pigmen utamanya adalah biliverdin-IX, zinc chelate biliverdin-IX dan protoporphyrin-IX.

Pigmen yang paling banyak ditemukan pada telur layer komersial berwarna coklat adalah protoporphyrin-IX. Pigmen protoporphyrin-IX hanya sampai 3 – 4 jam akhir pembentukan kerabang ketika semua pigmen yang terakumulasi ditransfer ke sekresi cairan viscus yang kaya protein yang disebut kutikula. Derajat kecoklatan telur ayam tergantung pada kuantitas pigmen yang secara langsung terkait dengan kutikula. Kutikula yang kaya pigmen disimpan dalam kerabang telur dalam kisaran waktu yang sama dengan waktu yang dibutuhkan deposisi sel mencapai platea, yaitu sekitar 90 menit sebelum oviposisi (saat telur dikeluarkan).

Bagaimanapun, distribusi pigmen tidaklah seragam diseluruh ketebalan kerabang. Bahkan jika kerabang telur mengandung banyak pigmen, kontribusinya pada intensitas warna coklat tidak dapat dibandingkan dengan intensitas yang ada pada kutikula.

Faktor-Faktor Yang Bertanggung Jawab Terhadap Pucatnya Kerabang Telur

Stress. Sejak sebagian besar dari pigmen berada di kutikula, segala sesuatu yang mengganggu kemampuan sel epitel pada sel glandula untuk mensintesis kutikula akan berpengaruh terhadap intensitas dari pigmentasi kerabang telur. Keadaan ini terjadi selama 3 sampai 4 jam akhir deposisi kerabang sejak beralngsungnya siklus pembentukan telur dimana sintesis kutikuladan akumulasi terjadi dengan sangat cepat.

Pemicu stress pada flock ayam seperti kepadatan tinggi pada battery, penanganan, suara bising, dan sebagainya, akan menghasilkan pengeluaran hormone stress, khususnya hormone epineprin. Hormon ini, ketika dikeluarkan ke dalam darah akan menyebabkan proses peneluran menjadi mundur dan penghentian pembentukan kelenjar kutikula pada kerabang. Faktor pemicu stress di atas, yang mana menyebabkan ayam menjadi gelisah dan takut dapat menyebabkan kerabng telur yang diproduksi menjadi pucat. Kepucatan sering dihasilkan oleh tidak terbentuknya deposisi calcium carbonat (CaCO3) pada formasi kutikula.

Umur ayam. Terdapat keterkaitan antara umur ayam dengan penurunan intensitas pigment telur kerabang coklat. Alasan nyata untuk hal ini tidak diketahui. Hal ini dimungkinkan akibat pigment dengan kuantitas yang sama harus didispersikan pada permukaan telur yang semakin besar sejalan dengan bertambahnya umur ayam atau menurunnya sintesis pigmen.

Zat Kemoterapi. Penurunan pigmentasi kerabang telur yang cepat secara umum sejalan dengan adanya pemakaian obat pada ayam, misalnya sulfonamide. Penggunaan Coccidiostat Nicarbazin misalnya, pemberian dosis 5 mg per hari dapat menyebabkan telur menjadi pucat dalam 24 jam. Bila dosisnya lebih dari 5 mg per hari maka akan menyebabkan depigmentasi pada kutikula kerabang telur.

Penyakit. Penyakit yang diakibatkan oleh virus seperti ND dan IB dapat mempengaruhi produksi. Virus memiliki afinitas (daya lekat) yang spesifik pada membrane mukosa dari saluran pernafasan dan saluran reproduksi. Karena inveksi virus secara langsung merusak saluran reproduksi, maka secara tidak langsung telur juga akan mengalami dampaknya. Sehingga total jumlah telur yang diproduksi akan turun, kerabang telur menjadi tipis, pucat dan memiliki kontur permukaan yang tidak rata. Kualitas internal telur juga turut terpengaruhi (putih telurnya lebih encer). Akhirnya problem produksi dan kualitas telur terjadi sepanjang periode produksi.

Kesimpulan
Sebagian besar pigmen kerabang telur terdapat pada kutikula dan bagian luar dari kalsifikasi kerabang telur. Pembentukan formasi kutikula yang premature akibat hormon stress (hormone epineprin) akan menyebabkan telur menjadi pucat. Umur ayam, penggunaan zat kemoterapi dan adanya penyakir akibat virus juga menyebabkan menurunnya pigmentasi kerabang. Jadi tidak berarti bahwa kerabang pucat merupakan tanda utama ayam terkena IB. Memang salah satu tanda penyakit IB adalah telurnya berwarna pucat.


[1] Artikel disampaikan kepada Bulletin Service CPI
[2] Technical Support PT. Charoen Pokphand Indonesia-Surabaya

Tidak ada komentar: